ADV PEMKAB KUKAR Kutai Kartanegara

UMKM Desa Tuana Tuha Sukses Angkat Gula Semut Guleku ke Pasar Modern




TENGGARONG – Desa Tuana Tuha, Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra penghasil gula aren di Kutai Kartanegara (Kukar).

Potensi alam ini kemudian digarap lebih serius oleh pelaku UMKM setempat yang sejak 2020 melahirkan produk turunan berupa gula semut dengan merek Guleku.

Jika dulu masyarakat hanya memproduksi gula batangan dengan harga sekitar Rp28 ribu per kilogram, kini dengan inovasi gula semut, harga jual bisa naik hingga Rp45–50 ribu per kilogram.

Peningkatan nilai tambah ini terbukti mampu mengangkat perekonomian warga desa.
Produk Guleku sendiri hadir dalam empat varian, yaitu Gula Semut Original, Jahe Merah, Jahe Putih, dan camilan Gula Kelapa.

Tidak hanya itu, produk ini juga sudah mengantongi berbagai perizinan penting, seperti Nomor Induk Berusaha (NIB), PIRT, dan sertifikat halal, sehingga semakin memperkuat kepercayaan konsumen.

Kepala Desa Tuana Tuha, Tommy, menyebut bahwa pemasaran produk Guleku kini sudah merambah ke berbagai saluran.

Selain dipasarkan lewat reseller dan toko kelontong, produk ini juga sudah bekerja sama dengan Dinas Perkebunan Kukar untuk masuk ke jaringan hotel-hotel.

“Untuk penjualan, kita sudah bekerjasama dengan Disbun yang menjual ke hotel-hotel. Selain itu, juga kita kirim ke reseller atau toko-toko kelontong,” terang Tommy, Selasa (3/6/2025).

Dalam sebulan, omzet Guleku bisa mencapai Rp27 juta, sebuah capaian yang cukup membanggakan untuk ukuran usaha berbasis desa.

Meski telah berhasil menembus pasar ritel, pihak desa tidak berhenti berinovasi. Tommy menyebut pihaknya sedang berupaya memasukkan produk Guleku ke minimarket dan perusahaan-perusahaan di sekitar Tuana Tuha.

“Harapan kami nanti ada pihak ketiga yang bisa membeli produk kami, perusahaan-perusahaan yang dulunya mengkonsumsi gula putih bisa bergeser ke gula merah atau gula semut,” kata Tommy.

“Karena lebih bagus dari segi kesehatan. Kan banyak perusahaan besar yang ada di wilayah kami. Kemarin kami sudah coba komunikasi dan masih dalam tahap pertimbangan,” sambungnya.

Inovasi Guleku juga membawa dampak positif bagi petani aren di Tuana Tuha. Jika sebelumnya hanya menjual nira untuk diolah menjadi gula batangan dengan harga standar, kini mereka bisa menikmati harga jual lebih tinggi.

Hal ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga memperkuat motivasi untuk menjaga pohon aren sebagai aset desa.

“Kalau dulu banyak yang malas mengolah karena harga rendah, sekarang mereka semangat lagi. Karena dengan Guleku, hasil mereka dihargai lebih layak,” tandas Tommy. (*)