Pabrik Rumput Laut Kukar Jadi Harapan Baru Petani dan Pelaku UMKM

CAPTION:Pabrik pengolahan rumput laut di Kecamatan Muara Badak.
TENGGARONG – Sebuah babak baru dalam industri maritim Kutai Kartanegara (Kukar) segera dimulai. Pabrik pengolahan rumput laut di Kecamatan Muara Badak dipastikan akan segera beroperasi tahun ini, membuka peluang ekonomi baru bagi petani, pelaku usaha, dan generasi muda.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kukar, Sayid Fatullah, menegaskan bahwa pembangunan pabrik telah rampung 100 persen, termasuk instalasi mesin-mesin pengolah rumput laut menjadi bubuk (powder).
“Sampai tahun 2024, Alhamdulillah sudah selesai sepenuhnya. Saat ini, kami berada dalam tahap conditioning atau uji coba pengoperasian pabrik,” ujar Sayid pada Senin (10/3/2025).
Meski konstruksi telah selesai, pabrik ini masih dalam tahap uji coba operasional yang harus dilakukan oleh pemenang tender pengadaan sebelum secara resmi diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar.
“Pembangunan pabrik seperti ini memiliki risiko yang harus diperhitungkan. Kami tidak ingin terburu-buru. Biarkan uji coba dilakukan hingga benar-benar sempurna, baru setelah itu kita resmikan,” tegasnya.
Keberadaan pabrik pengolahan rumput laut ini diharapkan menjadi game-changer bagi sektor maritim Kukar, terutama bagi petani rumput laut yang selama ini bergantung pada tengkulak dan pasar luar daerah.
Dengan kapasitas produksi mencapai 20 ton per hari, pabrik ini tidak hanya akan menyerap hasil panen lokal, tetapi juga meningkatkan nilai jual rumput laut.
Selain itu, petani tidak lagi bergantung pada harga pasar luar. Sebelumnya, para petani rumput laut di Muara Badak hanya menjual hasil panen dalam bentuk mentah, yang membuat mereka bergantung pada fluktuasi harga pasar luar daerah.
Dengan adanya pabrik ini, petani dapat langsung menjual ke industri lokal dengan harga yang lebih stabil dan menguntungkan.
Kemudian membuka peluang bagi UMKM dan petani milenial. Tak hanya petani tradisional, kehadiran pabrik ini juga menciptakan peluang baru bagi petani milenial serta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Rumput laut yang telah diproses menjadi bubuk memiliki nilai tambah lebih tinggi, memungkinkan UMKM untuk mengembangkan produk turunan seperti kosmetik, pangan sehat, hingga bahan baku farmasi.
“Kami berharap pabrik ini bisa menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi di sektor maritim. Selain meningkatkan harga jual rumput laut, pabrik ini juga membuka kesempatan bagi petani milenial dan UMKM untuk berinovasi,” ungkap Sayid.
Dengan kapasitas pengolahan yang besar, bukan tidak mungkin Kukar bisa menjadi sentra industri rumput laut di Kalimantan. Rumput laut bubuk memiliki permintaan tinggi di pasar internasional, terutama untuk industri makanan, kosmetik, dan farmasi.
Jika pabrik ini mampu beroperasi dengan maksimal, Kukar tidak hanya akan menjadi produsen rumput laut mentah, tetapi juga pemain besar dalam rantai industri global.
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia merupakan salah satu penghasil rumput laut terbesar di dunia, dengan pasar utama di Tiongkok, Eropa, dan Amerika Serikat.
Dengan adanya pabrik ini, Kukar bisa masuk ke dalam peta industri maritim global dan meningkatkan ekspor hasil lautnya.
Meski membawa harapan besar, operasional pabrik ini tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah keberlanjutan pasokan bahan baku. Jika produksi rumput laut tidak stabil, maka industri ini bisa mengalami kesulitan memenuhi kapasitas produksi.
Untuk itu, Pemkab Kukar harus memastikan adanya dukungan penuh bagi petani rumput laut, termasuk dengan pendampingan teknis dan bantuan modal bagi petani.
Penyediaan bibit unggul dan teknologi budidaya modern dan kemitraan dengan pelaku industri dan investor.
Selain itu, keberlanjutan industri ini juga bergantung pada pengelolaan pabrik yang profesional dan transparan. Pemkab Kukar perlu menggandeng pihak yang kompeten untuk memastikan pabrik ini bisa beroperasi secara optimal dalam jangka panjang.
Dengan pabrik ini, Kukar sedang menuju era baru industrialisasi maritim. Jika dikelola dengan baik, industri rumput laut ini bisa mengubah wajah ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku UMKM.
Kini, tantangannya adalah bagaimana memastikan operasional pabrik berjalan lancar, pasokan bahan baku tetap stabil, dan peluang ekonomi yang tercipta bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat lokal.
Seiring berjalannya waktu, pabrik pengolahan rumput laut di Muara Badak bukan sekadar fasilitas industri, tetapi simbol transformasi ekonomi Kukar menuju masa depan yang lebih cerah. (*)