Balikpapan kesatuan bangsa

Kesbangpol Balikpapan Dorong Generasi Muda Tanamkan Pancasila di Era Digital

Balikpapan – Di tengah derasnya arus informasi dan cepatnya perubahan teknologi, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Balikpapan meningkatkan intensitas pembinaan ideologi Pancasila bagi generasi muda. Langkah ini dipandang sebagai fondasi penting untuk menjaga jati diri bangsa, terutama ketika nilai kebangsaan kerap tergerus arus globalisasi.

Kepala Kesbangpol Balikpapan, Sutadi, menilai bahwa penguatan ideologi tidak dapat lagi dilakukan sebatas seremonial. Menurutnya, diperlukan strategi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan agar Pancasila benar-benar dipahami serta diamalkan dalam keseharian, bukan hanya dihafal.

“Generasi muda hidup di era keterbukaan informasi, dan tidak semuanya sejalan dengan karakter bangsa. Karena itu pembinaan ideologi Pancasila menjadi penting agar mereka memiliki arah dan pijakan yang kokoh,” ujar Sutadi, Sabtu (04/10).

Tantangan Baru, Ruang Edukasi Harus Lebih Adaptif

Sutadi menyebut, kemajuan digital menghadirkan dua sisi yang kontras: peluang besar untuk maju, sekaligus risiko memudarnya identitas kebangsaan. Ia menilai pemerintah dan masyarakat perlu hadir untuk memastikan anak muda tidak tercerabut dari akar nasionalismenya.

“Jika semangat kebangsaan memudar, pembangunan moral bangsa juga ikut melemah. Karena itu Bakesbangpol hadir untuk menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar dasar negara, tetapi pedoman hidup yang harus diterapkan,” katanya.

Kesbangpol rutin melakukan pendidikan kebangsaan melalui sekolah, perguruan tinggi, hingga komunitas pemuda. Di dalamnya disisipkan nilai gotong royong, toleransi, serta tanggung jawab sosial — nilai yang dinilai mulai kabur akibat budaya instan di ruang digital.

“Kami menyasar pelajar dan mahasiswa karena mereka kelak memegang kendali bangsa. Mereka perlu memahami cara mengamalkan Pancasila, bukan hanya menghafalkan sila-silanya,” lanjutnya.

Literasi Digital Dibingkai Etika Kebangsaan

Selain penguatan wawasan kebangsaan, Kesbangpol kini mulai menekankan literasi digital berbasis nilai Pancasila. Langkah ini dinilai relevan dengan pola interaksi generasi muda yang hampir seluruhnya terjadi dalam ruang virtual.

“Teknologi tidak boleh menjauhkan kita dari jati diri bangsa. Justru harus menjadi alat memperkuat nasionalisme. Tugas kita memastikan ruang digital tetap bernafaskan nilai Pancasila,” tegas Sutadi.

Program ini diharapkan tidak berhenti sebagai sosialisasi, tetapi tumbuh menjadi gerakan kolektif yang melibatkan sekolah, keluarga, komunitas, dan pemerintah. Sebab, menurut Kesbangpol, penjagaan nilai bangsa bukan hanya tanggung jawab negara, melainkan tugas bersama seluruh elemen masyarakat.