Balikpapan kesatuan bangsa

Kesbangpol Balikpapan Soroti Penurunan Pemahaman Pancasila di Kalangan Generasi Muda

Balikpapan – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Balikpapan mengungkapkan keprihatinannya terhadap penurunan pemahaman ideologi Pancasila, khususnya di kalangan generasi muda. Fenomena ini dianggap sebagai ancaman serius bagi masa depan bangsa, mengingat peran pemuda yang sangat penting dalam keberlanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kepala Kesbangpol Kota Balikpapan, Sutadi, menyampaikan bahwa generasi muda semakin menjauh dari nilai-nilai dasar kebangsaan. Ia menilai kemajuan teknologi informasi dan budaya digital sebagai faktor utama yang berkontribusi terhadap pergeseran ini.

“Kami melihat generasi muda semakin lekat dengan budaya global, tetapi makin longgar dalam memahami nilai-nilai Pancasila. Ini bukan perkembangan yang bisa kita anggap remeh. Perlu ada solusi untuk mengatasi hal ini,” ujar Sutadi pada Senin (14/07).

Sutadi menambahkan bahwa teknologi seharusnya menjadi alat bantu dalam kemajuan bangsa, bukan justru mengikis jati diri nasional. Namun kenyataannya, banyak anak muda yang lebih mengenal tokoh-tokoh luar negeri ketimbang pahlawan nasional, serta lebih akrab dengan tren digital daripada memahami makna dari lima sila Pancasila.

“Kita tidak perlu anti terhadap teknologi, tetapi kita ingin generasi muda tetap memiliki akar yang kuat. Mereka harus mengenal sejarah, menghayati nilai-nilai Pancasila, dan mencintai tanah air meskipun hidup di era digital,” jelasnya.

Untuk mengatasi penurunan pemahaman ideologis tersebut, Sutadi mengungkapkan bahwa Kesbangpol Kota Balikpapan telah merancang berbagai program, termasuk sosialisasi wawasan kebangsaan, pelatihan bela negara, dan pembinaan ideologi Pancasila di sekolah-sekolah serta komunitas pemuda.

“Kami terus bergerak menyapa pemuda di sekolah, kampus, dan forum-forum pemuda. Kami ajak mereka berdialog, berdiskusi terbuka tentang makna nasionalisme di era digital. Kami ingin membangkitkan rasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia,” tutur Sutadi.

Sutadi juga menekankan bahwa membangun kesadaran ideologi tidak bisa hanya dilakukan melalui ceramah satu arah. Pendekatan kreatif dan bahasa yang relevan dengan generasi muda diperlukan, terutama melalui media sosial dan konten digital yang menarik. Ia mengakui bahwa pendekatan ini lebih efektif karena dapat menyampaikan nilai ideologis dengan cara yang lebih ringan namun tetap bermakna.

“Kalau kita ingin mereka peduli, kita juga harus hadir di ruang-ruang yang mereka gunakan. Kami percaya dengan pendekatan yang tepat, kita bisa membangun kembali semangat nasionalisme di hati generasi muda,” tutup Sutadi. (deb)