ADV PEMKAB KUKAR Kutai Kartanegara

Desa Sebelimbingan Sambut Ekonomi Hijau Lewat Perdagangan Karbon

CAPTION: Perdagangan karbon berbasis lahan gambut.




TENGGARONG – Upaya Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) dalam mendorong pembangunan berkelanjutan kini memasuki babak baru.

Salah satu program strategis yang tengah digagas adalah perdagangan karbon berbasis lahan gambut, yang menggandeng PT Tirta Carbon Indonesia.

Dalam peta besar ini, Desa Sebelimbingan, Kecamatan Kota Bangun, menjadi salah satu wilayah penting yang masuk dalam cakupan proyek, dengan luas lahan gambut mencapai 2.000 hingga 3.000 hektare.

Kepala Desa Sebelimbingan, Syaukani, menyatakan dukungan penuh terhadap program tersebut.

Ia menyebut bahwa keterlibatan desanya dalam proyek perdagangan karbon menjadi momentum penting untuk mengangkat ekonomi lokal sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

“Kami sangat mendukung rencana kerja sama Pemkab Kukar dengan PT Tirta Carbon Indonesia. Ini bukan hanya peluang ekonomi, tapi juga langkah konkret menjaga alam yang jadi sumber kehidupan warga,” ujar Syaukani, Sabtu (31/5/2025).

Proyek ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Pemkab Kukar dan PT Tirta Carbon Indonesia dalam mengelola lahan gambut seluas sekitar 55 ribu hektare untuk mekanisme perdagangan karbon.

Sistem ini memungkinkan kawasan gambut yang dilestarikan untuk menghasilkan kredit karbon yang kemudian dapat diperjualbelikan di pasar karbon global.

Untuk Desa Sebelimbingan, sebagian kawasan gambut di wilayah mereka kini menjadi aset lingkungan yang bernilai ekonomi, bukan lagi beban konservasi.

“Dengan pendekatan seperti ini, kami tidak harus memilih antara ekonomi dan ekologi. Keduanya bisa jalan bersama,” jelas Syaukani.

Menurut Syaukani, mayoritas masyarakat Sebelimbingan adalah nelayan. Keberadaan kawasan gambut yang lestari secara langsung berdampak pada keberlangsungan sumber daya perairan, tempat mereka mencari nafkah.

“Kalau hutannya rusak, rawa dan sungai ikut rusak. Ikan berkurang. Tapi kalau dijaga, tempat cari ikan tetap ada. Program ini jadi pelindung bagi ekonomi rakyat kecil,” tuturnya.

Ia juga berharap adanya program turunan dari perdagangan karbon ini, seperti pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan lingkungan, pendampingan konservasi, dan insentif keuangan untuk kelompok masyarakat lokal yang terlibat dalam pemeliharaan lahan.

Syaukani menegaskan bahwa pihaknya siap mendukung penuh implementasi proyek, termasuk melalui fasilitasi sosialisasi kepada warga dan penguatan peran kelembagaan desa.

“Saya selaku kepala desa, dan tentunya mewakili masyarakat Sebelimbingan, akan memberikan dukungan penuh. Kami siap bersinergi dan mengawal program ini agar bermanfaat maksimal,” tegasnya.

Proyek perdagangan karbon ini menandai babak baru dalam pola pembangunan di Kutai Kartanegara, yang mulai mengedepankan pendekatan ekonomi hijau dan rendah emisi.

Jika berhasil, model ini dapat direplikasi ke desa-desa lain yang memiliki ekosistem gambut atau hutan yang bisa dikelola secara lestari.

Desa Sebelimbingan, dengan dukungan sosial yang kuat dan posisi strategis dalam bentang alam Kukar, berada di garda depan upaya ini.

Dengan program ini, masyarakat desa tak lagi hanya menjadi penonton dari narasi besar perubahan iklim dan pasar karbon dunia. Kini, mereka punya peran, punya suara, dan punya manfaat langsung dari menjaga lingkungan tempat mereka tinggal. (*)

*