
CAPTION: Lurah Loa Ipuh, Erri Suparjan.
TENGGARONG – Di tengah dinamika urbanisasi dan keterbatasan lahan produktif, Kelurahan Loa Ipuh di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, justru melihat potensi besar dari lahan-lahan yang selama ini terbengkalai.
Lurah Loa Ipuh, Erri Suparjan, menyampaikan bahwa optimalisasi lahan tidur bukan sekadar proyek pertanian, tapi bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan pangan dan membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal.
“Selama ini banyak lahan yang tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal, kalau dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber penghasilan sekaligus mendukung program ketahanan pangan daerah,” ungkap Erri, Jumat (21/3/2025).
Langkah konkret pun sudah dimulai. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara disebut telah memberikan dukungan berupa sarana prasarana penunjang, termasuk sistem irigasi yang memadai.
Dengan begitu, lahan yang dulunya tidak produktif kini disiapkan menjadi ladang pertanian yang terintegrasi.
Dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) beberapa waktu lalu pun, masyarakat setempat turut mengusulkan pemanfaatan lahan-lahan yang belum tergarap.
Usulan tersebut tidak hanya datang dari kelompok tani, tapi juga dari kalangan pemuda dan RT setempat, menandakan adanya semangat kolektif untuk bergerak bersama.
“Kami melihat antusiasme masyarakat cukup tinggi. Mereka ingin perubahan nyata, dan pertanian bisa menjadi jalur alternatif untuk mengangkat ekonomi keluarga,” tambah Erri.
Lebih jauh, Erri menyoroti pentingnya keterlibatan generasi milenial dalam sektor pertanian.
Ia menyadari bahwa selama ini citra pertanian sering dianggap ‘kuno’ atau kurang menarik bagi anak muda. Namun, dengan teknologi dan sistem pertanian cerdas, wajah pertanian kini mulai berubah.
“Anak muda sekarang bisa memanfaatkan pertanian sebagai usaha yang modern, bahkan bisa dikombinasikan dengan digitalisasi. Mulai dari pemasaran online, penggunaan drone untuk pemantauan lahan, hingga pemanfaatan sensor untuk irigasi,” jelasnya.
Ia berharap sektor pertanian tidak lagi dipandang sebelah mata, tetapi menjadi pilihan karier yang menjanjikan.
Pemerintah kelurahan sendiri akan memfasilitasi pelatihan, pendampingan, dan membangun koneksi ke pasar agar hasil pertanian warga bisa terserap dengan baik.
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki lahan pertanian yang luas, namun belum seluruhnya dikelola secara optimal.
Menurut Erri, langkah awal dari Kelurahan Loa Ipuh ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi wilayah lain, bahwa transformasi sektor pertanian bisa dimulai dari skala lokal dengan pendekatan partisipatif.
“Kalau ini berhasil, bukan tidak mungkin kita bisa membentuk kelompok tani milenial, koperasi pangan, hingga destinasi agrowisata lokal. Semua bisa dimulai dari memaksimalkan apa yang sudah kita miliki,” pungkasnya. (*)