ADV PEMKAB KUKAR Kutai Kartanegara

Dari Dapur ke Pasar Nasional, Perempuan Loh Sumber Bangkit Lewat Keripik Tempe

CAPTION: Kepala Desa Loh Sumber, Sukirno, bersama warga menunjukkan produk keripik tempe unggulan yang kini telah dipasarkan hingga ke Jakarta. UMKM desa ini menjadi contoh sukses pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal.


TENGGARONG – Siapa sangka, camilan sederhana dari tempe kini menjadi simbol gerakan ekonomi perempuan desa.

Di Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara (Kukar), ratusan bungkus keripik tempe diproduksi setiap minggunya oleh tangan-tangan terampil para ibu rumah tangga.

Produk ini bukan sekadar makanan ringan, tapi representasi nyata dari kemandirian ekonomi perempuan desa yang kini menembus pasar nasional.

Di balik kesuksesan keripik tempe Loh Sumber, terdapat semangat kolektif dan kerja keras kelompok PKK dan ibu-ibu pelaku UMKM yang perlahan membangun brand desa mereka dari nol.

Produk yang dulunya hanya dijual di lingkungan sekitar, kini bisa ditemukan di platform e-commerce, toko oleh-oleh di luar Kalimantan, bahkan dikirim langsung ke Jakarta dalam jumlah besar.

Kepala Desa Loh Sumber, Sukirno, menyebut transformasi ini sebagai “revolusi dapur desa”.

“Dulu ibu-ibu hanya bantu produksi tempe mentah. Sekarang mereka sudah punya produk sendiri, mengemas sendiri, bahkan promosi lewat media sosial. Ini luar biasa,” kata Sukirno, Sabtu (3/5/2025).

Sebagian besar produsen keripik tempe di Loh Sumber adalah perempuan. Bagi mereka, memproduksi keripik bukan hanya soal pendapatan, tapi juga kebanggaan.

Dapur rumah kini berubah menjadi unit produksi, tempat ide-ide olahan makanan berkembang, dari rasa original, balado, hingga keju dan daun jeruk.

“Sekarang saya bisa bantu penghasilan keluarga. Anak sekolah tidak perlu pinjam sana-sini,” ujar Yuliana, anggota kelompok UMKM yang aktif memproduksi keripik sejak dua tahun terakhir.

Kolaborasi yang Mengubah Nasib
Kesuksesan ini tidak berdiri sendiri. Pemerintah Desa Loh Sumber membangun sinergi dengan PT Multi Harapan Utama (MHU) yang memberikan pelatihan produksi, manajemen usaha, hingga pengemasan modern.

Pendampingan ini membuat para ibu rumah tangga semakin percaya diri dalam memasarkan produk mereka.

“PT MHU bukan hanya bantu alat, tapi juga edukasi cara berpikir sebagai pengusaha. Kami diajari cara hitung harga pokok produksi, desain kemasan, sampai bikin akun jualan online,” ujar Yuliana.

Pemdes Loh Sumber kini sedang menyiapkan rumah produksi terpadu, tempat di mana proses produksi bisa dilakukan secara kolektif dan higienis.

Selain itu, pelatihan digital marketing mulai digelar, menyasar generasi muda dan perempuan yang tertarik menjadi bagian dari rantai industri rumahan.

Sukirno menyebut, hasil dari kegiatan ini bukan hanya produk yang dijual, tapi lahirnya perempuan-perempuan desa yang berani, kreatif, dan mandiri.

“Ini bukan sekadar keripik. Ini tentang ruang dan kesempatan yang diberikan kepada perempuan untuk berkembang dan membuktikan bahwa mereka bisa jadi pelaku ekonomi utama,” tegas Sukirno.

Semangat gotong royong tumbuh di antara warga, dengan sistem kerja berbagi peran: ada yang menggoreng, ada yang mengemas, ada yang mengelola penjualan, hingga yang khusus mempromosikan lewat Instagram dan TikTok.

Kini, Loh Sumber bukan hanya dikenal sebagai desa penghasil tempe, tapi juga sebagai simbol gerakan ekonomi perempuan yang membanggakan.

Dengan target masuk ke gerai-gerai retail besar dan mengikuti pameran nasional, keripik tempe Loh Sumber tak lagi sekadar produk UMKM.

Ia menjadi kisah tentang bagaimana desa—melalui perempuan-perempuannya—membangun jembatan dari dapur ke panggung nasional.

“Kalau biasanya produk desa hanya dipakai sendiri, sekarang kami buktikan bisa jadi oleh-oleh khas Kukar. Bahkan mungkin suatu hari, keripik tempe ini bisa jadi ikon ekspor seperti keripik kentang dari luar negeri,” tutup Sukirno optimis. (*)