CAPTION: Desa Tani Harapan, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, tengah bersiap menjadi sentra buah naga.

Tenggarong– Desa Tani Harapan, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, tengah bersiap menjadi sentra buah naga yang tak hanya mengandalkan hasil panen segar, tetapi juga mengembangkan potensi ekonominya melalui produk-produk olahan bernilai tambah.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi desa dalam memperkuat ekonomi lokal berbasis potensi pertanian unggulan.

Kepala Desa Tani Harapan, Mail, menjelaskan bahwa pengembangan buah naga telah menjadi fokus utama sejak beberapa tahun terakhir.

Kini, desa mulai bergerak lebih jauh, tak hanya menjual buah dalam bentuk segar, tetapi juga mengolahnya menjadi aneka produk, seperti sirup, makanan ringan, hingga minuman segar.

“Potensi buah naga di desa kami cukup besar. Tapi kami tidak ingin berhenti di penjualan buah segar saja. Sekarang kami dorong masyarakat, khususnya kelompok UMKM, untuk menciptakan produk olahan yang punya nilai jual lebih tinggi,” kata Mail, Sabtu (22/3/2025).

Dalam proses pengembangan ini, kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) desa menjadi ujung tombaknya.

Beberapa kelompok warga telah memproduksi sirup buah naga dengan tampilan menarik dan cita rasa yang mulai dikenal di lingkungan sekitar.

Bahkan, sejumlah pelaku usaha sudah menjajaki distribusi ke toko-toko oleh-oleh lokal di Tenggarong dan Samarinda.

“Kelompok UMKM terus mengembangkan berbagai produk olahan buah naga, dan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan mereka. Antusiasme masyarakat cukup tinggi,” tutur Mail.

Produk olahan ini tak hanya menjadi sumber ekonomi tambahan, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi ibu rumah tangga, pemuda, hingga petani yang sebelumnya hanya fokus pada budidaya.

Keberhasilan awal ini juga tidak lepas dari dukungan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas UMKM.

Mail menjelaskan bahwa pelaku UMKM di desanya mendapatkan pelatihan dan pendampingan, mulai dari cara pengolahan yang higienis, pengemasan menarik, hingga strategi pemasaran digital.

“Dinas UMKM membantu kami dalam mengolah buah naga menjadi produk yang lebih berkualitas, termasuk pelatihan dari segi manajemen dan pemasaran. Ini sangat bermanfaat agar produk desa bisa bersaing,” jelasnya.

Peningkatan kapasitas ini penting agar produk yang dihasilkan tidak hanya menarik secara visual, tapi juga memenuhi standar keamanan pangan dan cita rasa yang konsisten.

Selain itu, adanya pelatihan juga memperluas wawasan warga soal legalitas usaha, label halal, hingga perizinan produk industri rumah tangga (P-IRT).

Mail optimistis bahwa langkah ini akan menjadikan Desa Tani Harapan sebagai sentra pengolahan buah naga di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Dengan luas lahan yang tersedia dan komitmen warga yang tinggi, desa ini punya potensi besar untuk menjadi contoh bagi desa lain dalam memaksimalkan hasil perkebunan lokal.

“Kami ingin Desa Tani Harapan dikenal sebagai desa dengan produk olahan buah naga yang berkualitas. Target kami bukan hanya di pasar lokal, tapi juga bisa menembus pasar regional bahkan nasional,” harapnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Mail mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga kualitas panen dan terus mengembangkan inovasi produk.

Ia percaya bahwa kerja sama antara pemerintah desa, warga, dan dukungan dari pihak luar adalah kunci kesuksesan ekonomi desa.

Langkah Desa Tani Harapan ini mencerminkan paradigma baru pembangunan desa: dari yang bergantung pada bantuan, menjadi desa yang mandiri lewat pemanfaatan sumber daya sendiri.

Potensi lokal yang selama ini hanya dilihat sebagai komoditas konsumsi, kini diolah secara strategis untuk meningkatkan nilai ekonomi, membuka lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat.

“Kalau masyarakat kompak dan potensi desa dimanfaatkan optimal, bukan tidak mungkin kita jadi contoh desa mandiri yang sukses dari hasil buah naga,” pungkas Mail.

Dengan pendekatan yang menyatukan pertanian, UMKM, dan pembinaan berkelanjutan, Desa Tani Harapan perlahan menjelma menjadi desa yang bukan hanya produktif, tetapi juga inovatif dan berdaya saing di tengah era modernisasi ekonomi desa. (*)