
BALIKPAPAN – Upaya menekan angka anak tidak sekolah di Kelurahan Gunung Sari Ulu (GSU) lahir dari kolaborasi erat antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Melalui Forum Perlindungan Perempuan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PPATBM), program Zero ATS (Anak Tidak Sekolah) kini menjadi gerakan bersama untuk memastikan hak pendidikan setiap anak terpenuhi.
Ketua PPATBM GSU, Sumiati, menyebut program ini berangkat dari hasil pendataan rutin profil anak di wilayahnya. “Kami temukan 10 anak tidak sekolah, delapan di antaranya berkomitmen kembali belajar. Itu yang kemudian kami fasilitasi bersama warga, SKB, dan DP3AKB,” ujarnya.
Para anak tersebut kini mengikuti kegiatan belajar di Kampung Pustaka (Kampus), ruang edukasi yang dikelola masyarakat di Jalan Gunung Rejo. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Balikpapan Tengah turut menghadirkan guru dengan sistem hybrid—tatap muka tiga kali seminggu dan belajar mandiri di rumah.
Kepala SKB, Teguh Akbar, optimistis sistem ini bisa membantu anak beradaptasi dengan pola sekolah. “Kolaborasi seperti ini penting. Tidak mungkin hanya pemerintah yang bergerak tanpa dukungan masyarakat,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Umar Adi, Kabid Perlindungan Anak DP3AKB Balikpapan. Ia menilai Zero ATS merupakan inovasi unggulan PPATBM GSU yang lahir dari kepedulian warga. “Setiap kelurahan punya fokus berbeda, tapi intinya sama: melindungi dan memenuhi hak anak,” ujarnya.
Dukungan warga yang menyiapkan tempat belajar, keterlibatan guru, hingga fasilitasi pemerintah menjadi bukti bahwa persoalan anak tidak sekolah bisa diatasi dengan gotong royong.
Program Zero ATS pun diharapkan tidak sekadar menurunkan angka ATS di GSU, tapi juga menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi masyarakat mampu membuka jalan pendidikan kembali bagi anak-anak Balikpapan.
(Deb)