Balikpapan DP3AKB Balikpapan

Cegah Anak Jadi Korban dan Pelaku Kekerasan, DP3AKB Edukasi Warga Langsung di Tingkat RT




BALIKPAPAN — Kekerasan terhadap anak bukan lagi isu yang bisa dianggap jauh dari rumah. Fakta terbaru menunjukkan, anak-anak di Balikpapan bukan hanya menjadi korban, tapi juga mulai muncul sebagai pelaku kekerasan seksual. Situasi ini mendorong Pemerintah Kota Balikpapan, melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB), mengambil langkah konkret: turun langsung ke lingkungan masyarakat.

Salah satu bentuk intervensi dini itu dilakukan melalui program “Lautan RT”, yakni sosialisasi penguatan pengasuhan dari rumah ke rumah yang menyasar komunitas di tingkat RT. Kegiatan terbaru berlangsung di Aula Kantor Kelurahan Margo Mulyo, Balikpapan Barat, pada Selasa (24/6/2025).

“Kami tidak menunggu laporan masuk. Program ini adalah bentuk pencegahan aktif. Kekerasan anak tidak selalu terjadi di luar sana, kadang justru terjadi di rumah, tanpa disadari oleh orangtua,” kata Rona Zahidah, Penyuluh Pemberdayaan Perempuan dan Anak DP3AKB, Rabu (25/6/2025).

Data dari SIDAKKTPA menunjukkan bahwa korban kekerasan di Balikpapan didominasi anak perempuan. Namun yang paling mengkhawatirkan, mulai muncul kasus anak-anak sebagai pelaku kekerasan seksual. Ini menjadi sinyal keras bagi semua pihak bahwa pola pengasuhan di rumah perlu dievaluasi.

Untuk menjawab tantangan ini, DP3AKB menggandeng psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK), Putri Nilawai, S.Psi., M.Psi. Ia memaparkan bagaimana pola asuh yang tidak sehat dapat berkontribusi pada kenakalan remaja dan tindakan kekerasan.

“Banyak orangtua tidak sadar bahwa cara mereka berinteraksi dengan anak—baik terlalu mengekang, abai, atau terlalu permisif—bisa memicu perilaku menyimpang,” ujar Putri.

Selain pemaparan materi, forum ini juga mendorong diskusi dua arah. Warga diajak membagikan pengalaman, curhat tantangan, serta saling memberi solusi pengasuhan di lingkungan masing-masing.

DP3AKB menegaskan bahwa pengasuhan anak tidak bisa lagi dianggap urusan pribadi semata. Lingkungan RT dan komunitas harus bergerak bersama, karena dampak dari pengabaian akan terasa secara sosial.

“Lautan RT bukan sekadar program, tapi gerakan sadar bahwa kita semua bertanggung jawab menciptakan ruang aman dan sehat bagi anak-anak kita,” pungkas Rona.
(Den)