Balikpapan kesatuan bangsa

Kesbangpol Balikpapan Inovasi Literasi Kebangsaan untuk Generasi Muda Digital

Balikpapan – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Balikpapan terus mengembangkan metode baru dalam memperkuat literasi kebangsaan di kalangan generasi muda. Menghindari pendekatan konvensional yang cenderung monoton seperti ceramah dan buku teks, Kesbangpol kini mengusung cara yang lebih interaktif, kreatif, dan menyenangkan, menyesuaikan dengan karakter generasi digital saat ini.

Kepala Kesbangpol Kota Balikpapan, Sutadi, menyampaikan bahwa pihaknya tidak ingin lagi menyampaikan nilai-nilai kebangsaan dengan metode yang kaku dan membosankan. Sinergi dengan berbagai pihak menjadi kunci agar pesan-pesan kebangsaan dapat lebih mengakar dan relevan, tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga dalam komunitas pemuda dan keluarga.

“Kami telah menjalin sinergi dengan DPRD Kota Balikpapan. Kolaborasi ini kami bangun agar literasi kebangsaan tidak hanya hidup di sekolah, tetapi juga di komunitas pemuda dan lingkungan keluarga,” ujar Sutadi, Jumat (18/07).

Sutadi menjelaskan, generasi muda saat ini memiliki pola pikir dan cara belajar yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dalam ekosistem digital yang cepat dan visual. Oleh karena itu, Kesbangpol menyadari perlunya inovasi dalam pendekatan agar nilai-nilai kebangsaan dapat tersampaikan secara efektif.

“Edukasi bisa disampaikan lewat permainan digital dan konten interaktif di media sosial. Bahkan simulasi atau game berbasis nilai-nilai Pancasila. Kalau kita tidak ikut masuk ke dunia mereka, maka pesan-pesan ini akan sulit sampai,” tambahnya.

Bersama mitra kerja, Kesbangpol telah merancang berbagai kegiatan edukatif yang bersifat partisipatif, seperti lomba konten digital bertema Pancasila, pelatihan kreator konten kebangsaan, hingga dialog terbuka antar komunitas pemuda. Kegiatan tersebut bertujuan agar anak muda tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi aktor utama dalam menyuarakan nilai-nilai kebangsaan.

“Harus memang sudah ada inovasi dalam pendekatan ke generasi muda. Jamannya sudah beda dengan yang dahulu. Kita yang harus mampu menjembatani kesenjangan antara nilai luhur bangsa dengan realitas digital di anak muda,” ujarnya.

Sutadi menegaskan bahwa Kesbangpol tidak akan berhenti hanya pada kegiatan seremonial. Pihaknya terus mengevaluasi dan menyesuaikan pendekatan dengan perkembangan zaman agar pendidikan kebangsaan tetap hidup di tengah tantangan modernisasi dan globalisasi.

“Kami ingin menanamkan bahwa nasionalisme itu tidak harus kaku. Anak muda bisa cinta Indonesia sambil bermain, berkarya, dan bersosial media. Yang penting, nilai-nilai itu tetap melekat dalam hati dan tindakan mereka,” tutup Sutadi. (deb)