Balikpapan DP3AKB Balikpapan

Melindungi Anak dari Radikalisme, DP3AKB Balikpapan Gandeng Densus 88 dalam Edukasi Kritis

Balikpapan – Dalam upaya memperkuat ketahanan ideologis generasi muda, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan menggandeng Satuan Tugas Wilayah Kalimantan Timur Densus 88 Anti Teror Polri untuk menggelar kegiatan edukatif bertajuk “Kumpul Bareng Forum Anak Balikpapan” (KbFA). Kegiatan ini menyasar puluhan anak usia sekolah guna membekali mereka dengan pemahaman dini terkait bahaya paham radikalisme.

Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3AKB Balikpapan, Umar Adi, menyampaikan bahwa ancaman radikalisme tidak lagi bisa dianggap remeh, bahkan kini menyasar kelompok usia dini yang masih dalam proses pencarian jati diri. Oleh karena itu, perlindungan terhadap anak perlu mencakup aspek ideologis, tidak hanya fisik dan psikologis.

“Kami tidak bisa membiarkan anak-anak menjadi sasaran empuk propaganda kekerasan. Maka kami bekali mereka dengan pemahaman yang benar sejak dini,” ujarnya pada Senin, 14 Juli.

Menurut Umar, pendekatan edukatif kepada anak-anak menjadi penting di tengah masifnya penyebaran ideologi kekerasan, terutama melalui media sosial. DP3AKB memandang bahwa upaya pencegahan tidak bisa hanya menyasar orang dewasa, melainkan juga harus melibatkan anak sebagai bagian dari upaya membangun ketahanan bangsa.

Ia menekankan bahwa pendidikan karakter berbasis nilai kemanusiaan dapat menjadi fondasi kuat untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh secara moral.

“Radikalisme tidak mengenal usia. Justru sekarang, anak-anak menjadi target karena mereka masih dalam proses pencarian jati diri. Kami hadir untuk memperkuat benteng mereka,” lanjutnya.

Melalui kegiatan KbFA, DP3AKB merancang edukasi dalam format interaktif agar anak-anak lebih mudah menerima dan memahami pesan-pesan yang disampaikan. Umar mengatakan, anak-anak diajak berdialog, berpikir kritis, serta berani mengemukakan pendapat mereka sendiri.

“Kami dorong mereka untuk bertanya, menganalisis, dan menyampaikan pendapat. Sikap kritis itu penting sebagai bekal menghadapi arus informasi yang menyesatkan,” tuturnya.

Kolaborasi dengan Densus 88 disebut sebagai langkah strategis karena lembaga tersebut memiliki pengalaman langsung dalam menangani isu radikalisme. Melalui penyampaian materi yang sederhana namun substansial, anak-anak diharapkan dapat memahami bahaya ideologi kekerasan serta cara mengenali dan menghindarinya.

“Kami tidak ingin menakut-nakuti, tapi ingin mereka paham bahwa ancaman itu nyata. Anak-anak bisa menjadi barisan terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa jika sudah sadar sejak dini,” tambahnya.

Melalui pendekatan kolaboratif ini, DP3AKB berharap dapat menciptakan ruang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dengan kesadaran kritis serta menjadi agen perdamaian dalam lingkungan sosialnya. (ADV)