PPU – Di tengah maraknya wacana pembinaan disiplin siswa melalui pendekatan ala militer, Ketua Komisi II DPRD Penajam Paser Utara (PPU), Thohiron, mengingatkan pentingnya mengembalikan pembangunan karakter anak ke jalur pendidikan. Menurutnya, guru tetap menjadi aktor utama dalam membentuk motivasi dan perilaku siswa, bukan lembaga lain.

Menanggapi model pendidikan barak militer yang sempat dilontarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, Thohiron menilai pendekatan semacam itu bukan solusi yang tepat. Ia menegaskan bahwa semua hal yang terjadi di lingkungan sekolah adalah tanggung jawab guru sebagai pendidik utama.

“Sebagai mantan guru, saya berpandangan bahwa apapun bentuk perilaku siswa, tetap menjadi tanggung jawab guru. Jangan sampai peran guru digantikan lembaga lain,” tegas Thohiron, Rabu (21/5/2025).

Ia juga menyoroti rendahnya motivasi sebagian siswa, yang bahkan memilih putus sekolah meski pendidikan sudah digratiskan pemerintah. Baginya, masalah ini lebih disebabkan oleh perubahan pola pikir generasi muda yang kian bergantung pada kenyamanan.

“Dulu kami biasa berjalan lima kilometer ke sekolah. Sekarang, untuk setengah kilometer saja banyak anak enggan kalau tidak pakai motor. Ini menunjukkan kemauan belajar mereka masih kurang,” ungkapnya.

Kenyataan di lapangan menunjukkan sejumlah siswa memilih tak sekolah hanya karena tidak dibelikan kendaraan.

Thohiron bilang, hal ini menjadi sinyal kuat perlunya penguatan karakter dan motivasi belajar dari dalam lingkungan pendidikan sendiri.

Ia menekankan pentingnya membangun karakter siswa lewat cara-cara edukatif, bukan pendekatan keras yang berpotensi berdampak negatif.

“Sekolah sudah gratis. Tinggal bagaimana kita bersama-sama meningkatkan motivasi belajar siswa dan tidak melempar tanggung jawab pembentukan karakter ke pihak luar,” pungkasnya.(adv)