Balikpapan HEADLINE KECAMATAN TENGAH

Mekar Sari Tunjukkan: Nilai Bisa Turun, Tapi Semangat Gotong Royong Tak Pernah Luntur



BALIKPAPAN – Di tengah tantangan angka yang menurun, semangat warga Kelurahan Mekar Sari justru semakin menyala. Nilai keswadayaan boleh saja tak setinggi tahun lalu, namun solidaritas dan kolaborasi antarwarga kini tumbuh lebih kokoh dari sebelumnya.

Hal ini terlihat jelas saat penilaian lomba Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) ke-XXII tingkat Kota Balikpapan yang digelar baru-baru ini. Mekar Sari tampil sebagai salah satu dari enam kelurahan terbaik di kota ini, membuktikan bahwa keberhasilan tak selalu soal angka, tapi tentang jiwa kolektif yang hidup di tengah masyarakat.

“Penurunan nilai bukan berarti kami mundur. Ini adalah cermin untuk melihat lebih dalam, bagaimana kekuatan gotong royong terus bergerak dari bawah,” ujar Lurah Mekar Sari, Evi Nurharyanti, dengan optimis.

Lebih dari sekadar ikut lomba, warga Mekar Sari menjadikan momen ini sebagai penguatan solidaritas. LPM, tokoh masyarakat, kelompok UMKM, kader lingkungan, hingga aparat kelurahan bahu-membahu menyatukan langkah.

Mulai dari pelatihan UMKM untuk memperkuat ekonomi lokal, aksi peduli lingkungan, hingga edukasi kebangsaan di tengah masyarakat—semua dijalankan dengan semangat partisipatif, bukan sekadar instruksi dari atas.

“Kami tidak hanya menilai berapa besar dana swadaya, tapi bagaimana warga terlibat di setiap detik pembangunan: dari musyawarah hingga evaluasi,” tambah Evi.

Baginya, pembangunan yang efektif bukan hanya soal proyek, melainkan soal rasa memiliki. Saat warga merasa menjadi bagian dari proses, maka solusi yang lahir pun akan lebih sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan.

“Yang kami bangun bukan hanya fasilitas, tapi rasa saling percaya. Itu modal utama pembangunan jangka panjang,” tegasnya.

Evi berharap, semangat gotong royong di Mekar Sari bisa menjadi model. Bahwa kekuatan masyarakat bukan terletak pada seberapa besar anggaran, tapi seberapa erat mereka bersatu untuk menciptakan perubahan.

“Ini bukan lomba biasa. Ini adalah cara kami merawat jati diri bangsa: gotong royong sebagai jiwa pembangunan,” pungkasnya penuh semangat.