Gerakan Etam Mengaji, Tradisi Pemkab Kukar Menyeimbangkan Kerja dan Iman

*CAPTION:Suasana khidmat menyelimuti lantai 3 Gedung B Kantor Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), saat lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema dalam acara Gerakan Etam Mengaji (GEMA). (Ist)
TENGGARONG – Suasana khidmat menyelimuti lantai 3 Gedung B Kantor Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), saat lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema dalam acara Gerakan Etam Mengaji (GEMA).
Pegawai Sekretariat Kabupaten (Setkab) Kukar larut dalam Khotmil Qur’an, sebuah tradisi yang bukan sekadar seremonial, melainkan wujud nyata dari komitmen memperkuat nilai-nilai keagamaan di lingkungan pemerintahan.
Gerakan ini bukan tanpa dasar. Berdasarkan Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 24 Tahun 2016, Khotmil Qur’an rutin digelar untuk menanamkan spiritualitas yang lebih kuat di tengah kesibukan administrasi pemerintahan.
Dalam hiruk-pikuk tugas dan tanggung jawab, para pegawai menemukan ketenangan melalui lantunan ayat-ayat suci.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kukar, Sunggono, yang hadir dalam acara tersebut, terlihat terharu dengan kekhusyukan yang ditunjukkan para pegawai.
Dalam sambutannya, ia menekankan betapa pentingnya keseimbangan antara pekerjaan duniawi dan amalan spiritual.
“Saya berterima kasih kepada teman-teman yang telah melaksanakan Gerakan Etam Mengaji dan mewujudkannya dalam acara Khotmil Qur’an. Semoga ini menjadi langkah yang membawa keberkahan bagi kita semua,” ujar Sunggono, Selasa (4/3/2025).
Lebih dari sekadar membaca Al-Qur’an bersama, kegiatan ini menjadi momentum refleksi diri bagi para ASN.
Kesibukan dalam pelayanan publik tak boleh membuat mereka melupakan kewajiban spiritual yang menjadi pondasi dalam menjalankan tugas dengan penuh integritas.
Di tengah gempuran modernisasi dan tantangan birokrasi, Gerakan Etam Mengaji menjadi benteng spiritual yang menjaga moralitas di lingkungan kerja.
Pegawai yang terlibat dalam kegiatan ini merasakan ketenangan batin, menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai pedoman dalam menjalankan amanahnya sebagai abdi negara.
Sunggono menegaskan bahwa program ini harus terus berjalan dan diperluas. Bukan hanya sekadar tradisi, tetapi menjadi bagian dari budaya kerja yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
“Harapan kami, kegiatan seperti ini bisa menginspirasi tempat lain. Karena semakin kita dekat dengan Al-Qur’an, semakin baik pula dalam menjalankan tugas dan amanah,” tambahnya.
Dengan keberlanjutan kegiatan ini, diharapkan tidak hanya memberikan ketenangan spiritual bagi pegawai, tetapi juga membawa keberkahan bagi seluruh masyarakat Kukar.
Pemerintahan yang kuat bukan hanya dibangun dengan kebijakan dan regulasi, tetapi juga dengan doa dan ketulusan dalam bekerja. (*)