ADV PEMKAB KUKAR Kutai Kartanegara

UMKM Teluk Dalam Angkat Kue Keroncong Jadi Identitas Kuliner Kukar




TENGGARONG – Desa Teluk Dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur semakin dikenal bukan hanya karena kreativitas warganya dalam mengembangkan UMKM, tetapi juga berkat kuliner khas yang punya cerita panjang, kue keroncong.

Produk tradisional ini, bersama amplang sarang burung walet, telah menjadi ikon kuliner desa yang tak hanya laris di pasar lokal, tetapi juga mendapat perhatian hingga ke luar negeri.

Bagi warga Teluk Dalam, kue keroncong bukan sekadar makanan ringan. Ia adalah simbol kebersamaan, sering hadir di acara keluarga, pesta rakyat, hingga kenduri desa.

Kue berbentuk bulat dengan tekstur garing ini memiliki cita rasa manis gurih, hasil perpaduan resep sederhana namun penuh makna.

“Kalau dulu, kue keroncong itu selalu ada setiap ada acara hajatan. Rasanya khas, dan sampai sekarang masih jadi favorit,” tutur seorang warga setempat yang juga pelaku UMKM kuliner, Kamis (5/6/2025).

Kepala Desa Teluk Dalam, Sopian, menjelaskan bahwa pihaknya sengaja menjadikan kue keroncong sebagai produk unggulan desa.

Selain mempertahankan tradisi, pengembangan kue ini juga membuka peluang ekonomi baru.

“Produk unggulan kami ada amplang sarang burung walet dan kue keroncong. Bahkan untuk amplang, sudah sempat dikirim hingga ke luar negeri. Semua ini kami dorong lewat pelatihan dan pembinaan bersama OPD, termasuk Diskop-UKM,” jelas Sopian.

Kini, produksi kue keroncong tidak lagi hanya mengandalkan resep turun-temurun, tetapi juga memanfaatkan inovasi pengemasan modern agar bisa masuk pasar ritel dan lebih mudah dipasarkan.

Bagi pelaku UMKM di desa, kue keroncong telah menjadi jalan penghidupan. Seorang pedagang menceritakan bagaimana awalnya ia hanya membuat kue untuk kebutuhan keluarga, namun kini bisa memproduksi ratusan bungkus setiap minggu.

“Awalnya hanya buat kalau ada pesanan dari tetangga. Sekarang, berkat pelatihan dan bantuan lapak dari desa, kue keroncong ini bisa dipasarkan lebih luas, bahkan ikut pameran kuliner di Tenggarong,” ujarnya.

Pemerintah Desa Teluk Dalam juga terus berupaya memperkuat UMKM dengan menyediakan lapak bagi pedagang.

Tahun lalu, bantuan rombong diberikan untuk pelaku usaha yang berjualan di pinggir jalan, sehingga usaha mereka lebih tertata.

Selain itu, pelatihan rutin digelar untuk meningkatkan kualitas produk, mulai dari teknik pengolahan, kebersihan, hingga strategi pemasaran digital.

Menariknya, pengembangan UMKM kuliner desa turut dikaitkan dengan sektor pariwisata. Teluk Dalam kini tengah membangun destinasi wisata air di bantaran Sungai Mahakam.

Harapannya, wisatawan yang datang tidak hanya menikmati panorama sungai, tetapi juga bisa membawa pulang kue keroncong sebagai oleh-oleh khas desa.

“Kalau wisatawan datang, mereka bisa mencoba langsung makanan khas kami. Kue keroncong bisa jadi identitas kuliner Teluk Dalam, sama seperti daerah lain punya makanan ikoniknya masing-masing,” ungkap Sopian.

Dengan dukungan pemerintah desa dan kolaborasi bersama OPD terkait, Sopian optimistis bahwa UMKM Teluk Dalam akan terus berkembang.

Produk lokal seperti kue keroncong diyakini mampu menjadi pilar ekonomi desa yang berkelanjutan.

“Harapan kami ke depan, UMKM semakin maju. Karena itu, kami akan terus meningkatkan bantuan dan pembinaan agar pelaku usaha bisa mandiri dan berkembang,” tutupnya. (*)