Balikpapan DP3AKB Balikpapan

Balikpapan Ubah Budaya Layanan Publik Demi Wujudkan Kota Layak Anak

Balikpapan – Pemerintah Kota Balikpapan tak lagi memandang program Kota Layak Anak (KLA) sebagai sekadar kewajiban administratif. Di bawah kepemimpinan Wakil Wali Kota Bagus Susetyo, perubahan besar tengah dilakukan: membentuk budaya baru dalam layanan publik yang berpihak pada anak.

“Ini bukan soal mengejar skor nasional. Yang lebih penting adalah bagaimana setiap anak merasakan langsung dampaknya,” tegas Bagus, Selasa (10/06).

Transformasi ini dimulai dari dalam: seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diminta menjadikan prinsip ramah anak sebagai bagian dari etika kerja dan kebijakan. Artinya, keputusan apa pun — dari pembangunan fisik hingga layanan kesehatan — harus mempertimbangkan kepentingan dan perlindungan anak.

Langkah konkret terus digencarkan melalui penguatan lima klaster utama: pendidikan dasar, layanan kesehatan, tempat ibadah, taman kota, dan ruang terbuka hijau. Di masing-masing klaster, indikator khusus diterapkan agar keberpihakan terhadap anak bisa terukur dan berkelanjutan.

Tak hanya mengandalkan program internal, Pemkot Balikpapan juga menggandeng sekolah, komunitas lokal, tokoh masyarakat, hingga dunia usaha. Sinergi ini diwujudkan dalam berbagai inisiatif, salah satunya program “Satu Taman, Satu Kecamatan” yang menghadirkan ruang bermain sekaligus pembelajaran sosial untuk anak-anak.

“Kami ingin taman menjadi ruang belajar, bukan hanya bermain. Maka kami libatkan semua pihak agar fasilitas ini benar-benar hidup,” ujar Bagus.

Lebih jauh, tempat-tempat layanan seperti puskesmas dan tempat ibadah juga diarahkan menjadi zona ramah anak, dengan standar pelayanan yang sesuai kebutuhan anak-anak.

Dengan menggandeng banyak pihak dan membangun komitmen lintas sektor, Pemkot Balikpapan menunjukkan bahwa membangun kota yang ramah anak bukan hanya soal kebijakan, tapi perubahan cara pandang. (ADV)