DP3AKB Balikpapan Perkuat Peran Kader Posyandu dalam Pencegahan Stunting dan Pemantauan Tumbuh Kembang Anak

Balikpapan – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan memperkuat posisi kader posyandu sebagai garda depan dalam pemantauan tumbuh kembang anak. Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah untuk mencegah masalah gizi dan stunting sejak usia dini, melalui pemeriksaan berkala yang dilakukan langsung di lingkungan masyarakat.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala DP3AKB Balikpapan, Nursyamsiarni D. Larose, menegaskan bahwa kader posyandu memegang peran yang sangat penting dalam mendeteksi masalah kesehatan anak lebih cepat. Dengan kedekatan mereka dengan masyarakat, proses edukasi dan pemantauan kesehatan anak menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.
“Kader posyandu berperan penting dalam deteksi dini. Mereka memastikan setiap anak mendapatkan pemeriksaan berkala dan keluarga menerima arahan yang benar,” ujarnya, Rabu (19/11).
Nursyamsiarni menjelaskan bahwa pemeriksaan rutin di posyandu tidak hanya meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan, tetapi juga pemantauan perkembangan motorik, kecerdasan, serta pola makan anak. Data yang terkumpul dari pemeriksaan ini memungkinkan pemerintah untuk mengambil langkah cepat jika menemukan potensi masalah, seperti stunting atau gangguan tumbuh kembang lainnya.
“Kami mengandalkan kader untuk mengidentifikasi anak yang mengalami hambatan pertumbuhan sejak dini. Ketika tanda-tanda muncul, kader langsung melaporkan dan memberikan edukasi kepada keluarga,” jelasnya.
Sebagai upaya untuk memperkuat kapasitas kader, DP3AKB juga fokus pada pelatihan keterampilan mereka dalam membaca grafik pertumbuhan serta memahami standar kesehatan anak. Pelatihan ini bertujuan agar kader dapat menyampaikan informasi secara tepat dan mengarahkan orang tua untuk melakukan tindak lanjut medis jika diperlukan.
“Setiap kader harus mampu menjelaskan kepada orang tua tentang kondisi pertumbuhan anak mereka. Penjelasan ini sangat penting agar keluarga tahu langkah yang perlu diambil untuk memperbaiki pola asuh atau memenuhi kebutuhan gizi anak,” tuturnya.
Nursyamsiarni juga menyoroti kemampuan kader posyandu dalam membangun kedekatan emosional dengan masyarakat, yang membuat pesan kesehatan lebih mudah diterima. Peran ini sangat strategis dalam mendorong perilaku hidup bersih, pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat usia, serta pentingnya sanitasi keluarga dalam mencegah stunting.
“Kader posyandu mampu menjembatani komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Mereka menjadi penggerak perubahan perilaku yang sangat kami butuhkan dalam menurunkan angka stunting,” katanya.
Melalui penguatan peran kader posyandu ini, DP3AKB berharap pemantauan tumbuh kembang anak di Balikpapan dapat berjalan lebih intensif dan menyeluruh. Nursyamsiarni menambahkan bahwa keterlibatan kader bukan hanya sebagai pendukung program, tetapi juga sebagai bagian fundamental dari upaya menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.
“Dengan peran kader yang semakin kuat, kami berharap pemantauan tumbuh kembang anak menjadi lebih intens dan dapat menjangkau seluruh keluarga. Ini adalah langkah penting dalam menciptakan generasi yang sehat dan bebas dari masalah gizi,” tutupnya. (deb)




