
Balikpapan – Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Balikpapan mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap maraknya kasus penipuan yang mengatasnamakan layanan OSS (Online Single Submission) melalui pesan WhatsApp. Warga diminta melakukan konfirmasi apabila dihubungi pihak tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan identitas lembaga resmi.
Kepala DPMPTSP Balikpapan, Hasbullah Helmi, mengatakan modus kejahatan siber semakin beragam dan canggih. Pelaku memanfaatkan teknologi untuk mencuri data pribadi warga sehingga terlihat meyakinkan.
“Kami meminta masyarakat tetap waspada. Pelaku penipuan sering menggunakan nama OSS untuk meyakinkan korban. Jangan mudah percaya dengan pesan yang meminta data pribadi atau mengarahkan ke tautan mencurigakan,” ujarnya, Sabtu (15/11).
Helmi menjelaskan modus penipuan biasanya dimulai dari pesan WhatsApp yang tampak resmi. Pelaku mengaku sebagai petugas OSS atau staf instansi pemerintah dan meminta korban melakukan tindakan tertentu, seperti mengklik tautan, memberikan data pribadi, atau berbagi layar perangkat.
Pelaku kerap mengarahkan korban ke situs palsu, misalnya oss.oridn.com, yang meniru tampilan situs resmi. Padahal, situs OSS resmi pemerintah hanya menggunakan domain oss.go.id.
“Kami menerima laporan warga yang diminta membuka tautan tidak resmi. Ini sangat berbahaya. Situs resmi OSS hanya satu, yakni oss.go.id,” jelasnya.
DPMPTSP meminta warga melakukan konfirmasi jika menerima pesan mencurigakan, serta melaporkan ke kanal resmi. Aduan dapat dikirim melalui Contact Center OSS di 0811-677-4642 atau langsung ke DPMPTSP Balikpapan di 0815-4500-0012. Pemerintah terus memantau kasus penipuan digital yang menyasar pelaku usaha maupun masyarakat umum.
Helmi menekankan pentingnya menjadi pengguna digital yang cerdas. Edukasi dan kewaspadaan publik diharapkan mampu meminimalkan risiko penipuan dan melindungi warga dari kerugian akibat tindakan siber ilegal.
“Kami berkomitmen melindungi warga. Setiap laporan akan ditindaklanjuti untuk mencegah korban semakin banyak, karena saat ini penipuan mengarah ke online dan semakin canggih dibanding dulu,” tutupnya. (deb)




