DP3AKB Balikpapan Soroti Ancaman Siber, Anak Rentan Jadi Korban di Dunia Maya

BALIKPAPAN — Maraknya penggunaan internet oleh anak-anak tanpa pengawasan memadai kini menjadi perhatian serius Pemerintah Kota Balikpapan. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) menilai kejahatan siber seperti eksploitasi, perundungan digital, hingga ancaman predator online semakin mengintai anak-anak yang aktif secara digital.
Kepala DP3AKB Kota Balikpapan, Heria Prisni, menegaskan pentingnya edukasi menyeluruh untuk menekan risiko kekerasan di ruang digital. Ia menekankan bahwa tanggung jawab perlindungan anak di internet tidak bisa dibebankan hanya pada sekolah atau pemerintah semata.
“Anak yang aktif di dunia maya, jika tidak dibekali pemahaman yang cukup, sangat rentan menjadi korban eksploitasi atau perundungan. Ini harus menjadi perhatian semua pihak, mulai dari orang tua, guru, hingga komunitas,” ujarnya, Kamis (10/7).
Heria menambahkan, pihaknya terus menggencarkan edukasi digital yang menekankan peran keluarga, khususnya orang tua. Ia mendorong hadirnya pola komunikasi terbuka antara anak dan orang tua sebagai benteng pertama perlindungan.
“Jangan hanya mengawasi, tapi dampingi. Anak butuh orang tua yang hadir, bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional dan digital. Gawai tidak boleh menjadi pengasuh utama,” tegasnya.
Sebagai bentuk nyata, DP3AKB telah melaksanakan sejumlah program literasi digital melalui seminar, pelatihan, dan diskusi komunitas. Materi yang diberikan mencakup cara kerja teknologi digital, jenis kejahatan siber, serta teknik pengawasan berbasis empati dan komunikasi.
“Kami ajarkan bagaimana mengenali tanda-tanda awal anak yang mungkin mengalami tekanan di dunia maya. Seperti perubahan perilaku, menghindari interaksi, atau menggunakan internet secara diam-diam,” jelas Heria.
Menurutnya, literasi digital harus merata, tak hanya menyasar keluarga tapi juga diperluas ke lingkungan sekolah, RT, komunitas, hingga tempat ibadah. Hal ini bertujuan menciptakan ekosistem digital yang aman dan tanggap terhadap isu kekerasan siber.
“Melindungi anak di dunia digital bukan pekerjaan sambil lalu. Kami butuh dukungan semua pihak untuk membangun sistem yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Perlindungan ini hanya efektif jika dikerjakan bersama-sama,” pungkasnya. (ADV)