Dari Kakao Lokal, Coklat LA Kukar Harumkan Desa di Ajang Prudes Kaltim

TENGGARONG – Desa Lung Anai, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, semakin mantap menorehkan prestasi di bidang ekonomi kreatif.
Produk andalan mereka, Coklat LA, berhasil menembus 6 besar penilaian Produk Unggulan Desa (Prudes) 2025 yang digelar Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
Tim penilai DPMPD Kaltim telah melakukan kunjungan langsung ke rumah produksi Coklat LA di Lung Anai.
Verifikasi lapangan ini menjadi bagian penting dari proses penilaian untuk memastikan kualitas produk, konsistensi produksi, hingga keberlanjutan usaha.
Kepala Desa Lung Anai, Lukas Nay, menyebut pencapaian ini menjadi kebanggaan bagi masyarakat desa.
Menurutnya, keberhasilan Coklat LA tidak lepas dari semangat warga yang sejak lama membudidayakan kakao serta dukungan berbagai pihak dalam pengolahan pascapanen.
“Coklat LA adalah karya nyata masyarakat Lung Anai. Kami sudah lama mengolah kakao, dan kini kualitasnya semakin meningkat karena adanya pendampingan dari mitra perusahaan maupun pemerintah,” ujar Lukas Nay, Senin (2/6/2028).
Ia menambahkan, sebelum mewakili Kukar di tingkat provinsi, Pemkab Kukar melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) lebih dulu melakukan pendataan.
Dari sejumlah produk unggulan desa, Coklat LA dipandang paling siap bersaing karena memiliki nilai tambah dari sisi cita rasa, kualitas, hingga kemasan.
“Produk ini terpilih bukan hanya karena khas, tetapi juga karena dikerjakan secara profesional. Harapan kami tentu bisa menjadi yang terbaik di Kaltim,” lanjutnya.
Prestasi Coklat LA bukan kali pertama. Pada April 2025 lalu, produk ini juga berhasil menyabet Juara Terbaik 1 dalam ajang Teknologi Tepat Guna (TTG) Kaltim yang digelar di Penajam Paser Utara (PPU).
Pencapaian tersebut memperkuat posisi Coklat LA sebagai produk dengan daya saing tinggi.
Menurut Lukas Nay, salah satu keunggulan produk ini adalah bahan baku kakao yang berasal dari kebun masyarakat desa sendiri.
Dengan dukungan teknologi tepat guna, hasil panen kakao diolah menjadi produk coklat dengan berbagai varian, mulai dari coklat batang, serbuk minuman, hingga olahan turunan lainnya.
“Rasa dan kemasannya sekarang lebih punya nilai jual. Bahkan sudah mulai diminati pasar di luar Kukar. Ini bukti bahwa produk desa bisa bersaing,” jelas Lukas.
Tak hanya soal prestasi, keberadaan Coklat LA juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat desa. Sejumlah pemuda dilibatkan dalam proses produksi, pemasaran, hingga inovasi produk.
Hal ini menurut Lukas Nay menjadi bukti bahwa pengembangan produk unggulan desa bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga pemberdayaan SDM.
“Kalau produk ini semakin besar, tentu manfaatnya kembali ke masyarakat. Baik dalam bentuk lapangan kerja, maupun peningkatan pendapatan,” katanya.
Meski sudah banyak capaian, Lukas mengakui tantangan tetap ada, terutama dalam hal memperluas pasar dan meningkatkan kapasitas produksi.
Karena itu, ia berharap dukungan berkelanjutan dari pemerintah daerah dan provinsi agar Coklat LA bisa menembus pasar nasional bahkan ekspor.
“Harapan kami, ke depan ada dukungan lebih besar lagi. Bukan hanya soal pendampingan produksi, tapi juga perluasan akses pasar agar Coklat LA bisa dikenal lebih luas,” pungkasnya. (*)