
Balikpapan – Pemerintah Kota Balikpapan terus memperkuat komitmennya dalam mewujudkan kota yang ramah anak. Salah satu langkah konkret yang kini digenjot adalah pembangunan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA) secara merata di seluruh kelurahan. Upaya ini menjadi bagian penting dalam mendukung pencapaian predikat Kota Layak Anak (KLA) melalui penyediaan fasilitas publik yang mendukung pemenuhan hak anak.
Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, menegaskan bahwa pembangunan ruang bermain anak bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan bagian dari strategi membentuk lingkungan kota yang aman, nyaman, dan mendidik bagi generasi muda. Menurutnya, pemerintah tidak setengah-setengah dalam menjalankan agenda perlindungan dan pemenuhan hak anak.
“Ruang bermain bukan hanya tempat hiburan, tapi juga ruang tumbuh. Di sanalah anak-anak belajar bersosialisasi, mengenal aturan, dan membentuk karakter sejak dini,” ujar Bagus, Senin (23/06).
Pemerintah kota kini tengah melakukan pemetaan kebutuhan ruang bermain di tiap kelurahan. Pembangunan dilakukan dengan mengacu pada standar RBRA yang mengedepankan aspek keamanan, inklusivitas, aksesibilitas, dan nilai edukatif. Untuk memastikan desain yang sesuai kebutuhan, Pemkot turut menggandeng tokoh masyarakat, kader PKK, dan berbagai unsur lokal dalam proses perencanaan.
“Fasilitas yang dibangun harus kontekstual, sesuai kebutuhan lingkungan masing-masing. Dan yang paling penting, bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh anak-anak,” jelas Bagus.
Ia menambahkan bahwa keberadaan RBRA menjadi salah satu indikator penilaian penting dalam klaster hak sipil dan kebebasan, khususnya pada aspek waktu luang dan pemanfaatan ruang publik. Maka dari itu, pemerintah memastikan setiap kelurahan memiliki setidaknya satu RBRA, bahkan tidak menutup kemungkinan di tingkat RT jika wilayahnya padat penduduk dan minim ruang terbuka.
“Kami terus berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan memantau perkembangan. Ini bukan pekerjaan instan, tapi butuh konsistensi dan keterlibatan semua pihak,” ucapnya.
Pemerintah juga membuka ruang partisipasi publik, termasuk melalui Forum Anak Daerah, agar anak-anak bisa terlibat langsung dalam menyampaikan harapan mereka terhadap ruang bermain yang ideal. Bagi Bagus, ini bukan sekadar soal infrastruktur, tetapi tentang bagaimana kota memberi tempat yang layak dan bermakna bagi anak-anak sebagai generasi penerus.
“Kalau kita ingin kota ini punya masa depan yang cerah, maka kita harus mulai dengan memberi tempat yang layak bagi anak-anak hari ini,” tutupnya. (ADv)