Balikpapan DP3AKB Balikpapan

RBRA Jadi Upaya Balikpapan Kurangi Ketergantungan Anak pada Gawai

Balikpapan – Upaya Pemerintah Kota Balikpapan menjadikan kotanya ramah anak terus berjalan melalui pengembangan Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA). Fasilitas ini tidak hanya difungsikan sebagai ruang bermain terbuka, tetapi juga sebagai sarana interaksi sosial yang dirancang untuk mengurangi ketergantungan anak pada perangkat digital.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Heria Prisni, menegaskan bahwa RBRA merupakan bagian dari strategi jangka panjang yang mengedepankan hak anak atas ruang yang aman, sehat, dan mendidik.

“Ruang bermain ini bukan sekadar pelengkap taman kota. Di dalamnya ada nilai-nilai yang ditanamkan, seperti disiplin, kerja sama, dan interaksi sosial. Semua itu penting untuk tumbuh kembang anak,” jelas Heria, Jumat (13/06).

Saat ini, Balikpapan telah memiliki empat RBRA aktif yang tersebar di sejumlah titik strategis, yakni Taman Bekapai, Taman Jalan Wiluyo Puspo Yudo, Taman Tiga Generasi, dan halaman Masjid Madinatul Iman di kawasan Balikpapan Islamic Center. Keempat lokasi ini tidak hanya menyediakan wahana permainan, tetapi juga menjadi ruang alternatif yang mendorong anak-anak menjauh dari gawai dan lebih aktif secara fisik maupun sosial.

Heria menilai keberadaan RBRA menjadi sangat krusial di tengah maraknya penggunaan gawai oleh anak-anak. Ia menyebut bahwa ketergantungan terhadap layar tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mengurangi kemampuan anak untuk bersosialisasi secara langsung.

“Ketika anak punya ruang bermain yang menyenangkan dan aman, mereka tidak lagi terpaku pada layar. Inilah yang coba kami dorong. Tapi ini perlu dukungan orang tua juga,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa RBRA menjadi salah satu indikator penting dalam penilaian Kota Layak Anak (KLA). Dengan adanya tim verifikasi dari pusat yang dijadwalkan datang dalam waktu dekat, pemerintah daerah kini bekerja lebih keras memastikan seluruh fasilitas yang ada berfungsi maksimal dan benar-benar ramah anak.

“Kami tidak ingin hanya unggul di atas kertas. Tim penilai akan melihat langsung praktik di lapangan. Karena itu, keberadaan RBRA menjadi bukti bahwa kita memang serius dalam melindungi hak anak,” ujarnya.

Heria menutup dengan ajakan kepada masyarakat agar turut menjaga dan menghidupkan RBRA. Ia menegaskan bahwa keberhasilan fasilitas ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada partisipasi aktif warga.

“RBRA adalah milik bersama. Kalau masyarakat ikut menjaga dan memanfaatkannya secara bijak, maka kita bisa benar-benar menciptakan lingkungan yang mendukung anak-anak tumbuh dengan sehat, bahagia, dan seimbang,” tutupnya. (ADV)