kesatuan bangsa

Kesbangpol Balikpapan Gelar Kegiatan Pembentukan Karakter Anak Usia Dini untuk Generasi Emas 2045

Balikpapan – Pemerintah Kota Balikpapan, melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), menegaskan komitmennya untuk pembangunan karakter anak sejak usia dini. Langkah ini dianggap sebagai pondasi penting untuk menciptakan Generasi Emas 2045—generasi yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia, kejujuran, dan empati sosial yang tinggi.

Komitmen ini diwujudkan melalui kegiatan bertajuk “Pembentukan Karakter Usia Dini: Membangun Anak Bangsa Berakhlak Mulia Menuju Generasi Emas 2045” yang diselenggarakan pada 22 Oktober 2025. Acara ini dihadiri oleh para pendidik, tenaga kependidikan, dan pemangku kebijakan dari berbagai instansi di Kota Balikpapan.

Kepala Kesbangpol Kota Balikpapan, Sutadi, menyatakan bahwa pembentukan karakter sejak dini merupakan investasi jangka panjang untuk keberlanjutan bangsa. Ia menekankan bahwa generasi muda saat ini menghadapi tantangan moral yang semakin kompleks, apalagi di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan sosial yang pesat.

“Membangun generasi berakhlak mulia tidak bisa ditunda. Kita harus menanamkan nilai-nilai kebangsaan, kejujuran, dan empati sejak usia dini. Agar anak-anak tumbuh menjadi generasi yang kuat secara moral dan cinta tanah air,” ujarnya.

Sutadi mengungkapkan bahwa pendidikan karakter harus berjalan bersamaan dengan pendidikan akademik. Ia menilai bahwa peran sekolah dan keluarga sangat penting dalam menanamkan nilai dasar seperti disiplin, tanggung jawab, dan toleransi. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk memperkuat komitmennya dalam mencetak generasi yang berakhlak mulia dan berjiwa kebangsaan.

“Kecerdasan intelektual memang penting, tetapi karakter tak boleh dilupakan. Karakter menentukan arah hidup seseorang. Tanpa karakter, ilmu bisa disalahgunakan. Banyak orang pintar, tapi berbuat kejahatan,” tambahnya.

Pada kegiatan tersebut, pemerintah menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi pendidikan untuk membahas berbagai strategi dalam membangun karakter anak, seperti pendekatan psikologis, pembelajaran berbasis nilai, serta keteladanan yang diberikan oleh guru dan orang tua.

Sutadi menilai bahwa keberhasilan membentuk generasi emas tidak dapat dicapai hanya melalui kurikulum formal. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang berlandaskan pada nilai moral dan kebangsaan.

“Kami mendorong semua pihak untuk berkolaborasi. Anak-anak perlu melihat contoh nyata dari lingkungan mereka. Terutama dari guru, orang tua, bahkan pejabat publik. Itulah pendidikan karakter yang sesungguhnya,” ujarnya. (deb)