
Balikpapan – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan meluncurkan program pelatihan ekonomi kreatif sebagai strategi baru untuk menekan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Program ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari komunitas, pemerintah kelurahan, hingga lembaga pelatihan mandiri, dengan fokus utama pada pemberdayaan perempuan agar mereka memiliki keterampilan yang dapat meningkatkan kemandirian ekonomi.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala DP3AKB Balikpapan, Nursyamsiarni D. Larose, menjelaskan bahwa faktor ekonomi masih menjadi pemicu utama terjadinya konflik dalam rumah tangga yang sering berujung pada kekerasan. Ia menegaskan bahwa perempuan yang memiliki penghasilan sendiri cenderung lebih kuat dalam menghadapi situasi rentan dalam rumah tangga.
“Kami melihat bahwa masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan sektoral. Diperlukan kerja sama lintas instansi dan seluruh elemen masyarakat agar perempuan dapat memiliki akses keterampilan dan peluang usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka,” ujarnya, Rabu (19/11).
Nursyamsiarni menilai pelatihan ekonomi kreatif sebagai salah satu cara penting untuk memutus ketergantungan finansial perempuan yang seringkali bertahan dalam hubungan yang tidak sehat karena faktor ekonomi. Berbagai pelatihan telah disiapkan oleh pemerintah, seperti pembuatan kerajinan tangan, kuliner, desain digital, hingga pemasaran berbasis media sosial.
“Kami ingin perempuan lebih berdaya, tidak hanya secara sosial, tetapi juga secara ekonomi. Ketika perempuan mandiri, dinamika keluarga menjadi lebih stabil. Jangan sampai perempuan terjebak dalam ketidakberdayaan yang berujung pada kekerasan,” jelasnya.
Pelatihan yang diberikan tidak hanya mencakup keterampilan dasar, tetapi juga manajemen usaha, pengelolaan keuangan, dan strategi pemasaran, agar produk yang dihasilkan oleh peserta pelatihan dapat bersaing di pasar. Untuk memperluas dampak dari program ini, DP3AKB menggandeng Dinas Koperasi, pelaku UMKM, hingga komunitas kreatif untuk membuka akses pasar yang lebih luas bagi para peserta pelatihan.
“Kami melakukan pendekatan kolaboratif karena setiap pihak memiliki peran penting. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam mendorong pemberdayaan perempuan. Kami ingin menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang tumbuh dari akar rumput,” tambah Nursyamsiarni.
Nursyamsiarni juga menargetkan perluasan program ini hingga mencakup seluruh kecamatan di Balikpapan pada tahun depan. Ia berharap pendekatan ekonomi kreatif ini akan mampu memperkuat posisi perempuan dalam keluarga, serta menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak secara signifikan.
“Kami ingin Balikpapan menjadi kota ramah perempuan, di mana setiap perempuan memiliki ruang aman untuk berkembang dan berdaya,” tutupnya. (deb)




