
Balikpapan – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan memperluas jejaring perlindungan anak berbasis komunitas sebagai upaya mempercepat deteksi dan penanganan kasus kekerasan terhadap anak. Pemerintah menggandeng ketua RT, tokoh masyarakat, tenaga pendidik, dan kader Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) untuk memperkuat sistem pelaporan langsung dari lingkungan warga.
Plt. Kepala DP3AKB Balikpapan, Nursyamsiarni D. Larose, mengatakan jejaring ini dibentuk untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenali, merespons, dan melaporkan potensi kekerasan terhadap anak sejak dini. Pendekatan berbasis komunitas dinilai mampu mempercepat intervensi sebelum dampak psikologis bertambah berat.
“Kami membangun sistem yang membuat warga tidak ragu bertindak. Semakin cepat laporan masuk, semakin besar peluang kami mencegah dampak psikologis yang lebih berat pada anak,” ujarnya, Jumat (14/11).
Kader dan RT Menjadi Garda Terdepan
Nursyamsiarni menjelaskan bahwa jejaring ini akan berfungsi sebagai penghubung antara warga dan layanan pemerintah. Ketika masyarakat menemukan dugaan kekerasan, mereka dapat segera melapor ke kader PPA atau ketua RT untuk diteruskan ke DP3AKB. Mekanisme ini juga membantu menjangkau kasus-kasus yang sebelumnya tertutup di dalam rumah tangga.
“Kami menempatkan kader PPA sebagai pintu pertama bagi warga. Mereka memberikan informasi awal, melakukan pendampingan, dan memastikan laporan masuk ke layanan resmi,” jelasnya.
Pelatihan untuk Tingkatkan Kepekaan Warga
DP3AKB mendorong seluruh unsur komunitas memahami indikator kekerasan fisik, psikis, hingga eksploitasi. Banyak kasus terlambat ditangani karena masyarakat ragu atau takut salah menilai. Dengan jejaring ini, warga diberikan pedoman dan pelatihan agar lebih percaya diri dalam mengambil tindakan.
“Kami memberikan pelatihan agar warga dapat mengenali perubahan perilaku anak, luka yang mencurigakan, atau tanda-tanda tekanan emosional. Ketika pemahaman meningkat, respons masyarakat juga akan semakin cepat,” tambahnya.
Membangun Budaya Peduli di Lingkungan RT
Menurut Nursyamsiarni, komunikasi aktif dan rutin di tingkat RT akan memperkuat budaya peduli terhadap keselamatan anak. Tokoh masyarakat dan tenaga pendidik diharapkan turut melakukan edukasi melalui pertemuan warga, forum lingkungan, atau kegiatan sosial lainnya.
“Pencegahan adalah pekerjaan bersama. Kami ingin setiap lingkungan memiliki orang-orang yang mampu bertindak cepat, tidak hanya menunggu pemerintah. Kami harap setiap warga berani peduli dan tidak pasif,” pungkasnya.
Dengan perluasan jejaring ini, pemerintah berharap tercipta ekosistem sosial yang aman, responsif, dan bersahabat bagi seluruh anak di Kota Balikpapan. (deb)




